Pandji Pragiwaksono Sebut NU dan Muhammadiyah jauh dari Masyarakat, Kang Ayik Heriansyah Tuliskan Ini

kang ayik heriansyah kanan
kang ayik heriansyah kanan

Harus diakui salah satu residu modernisme yang masih berpengaruh pada era post modernisme adalah individualisme materialistis yang memandang realita kosmis dan metafisis sebagai atom yang otonom dan bersifat materi belaka. Dalam pandangan ini tidak ada hirarki realitas dan tidak ada realitas dibalik materi baik materi yang bisa terindera maupun yang bisa dipikirkan.

Dengan pandangan begini, seseorang menganggap sama semua manusia. Tua-muda, berilmu-jahil, taat-maksiat, beradab-biadab, dsb! Sama saja. Kata Syed Muhammad Naquib Al Attas: Mengenai sebab dalaman dilema yang kita hadapi sekarang bagi saya, masalah dasar dapat disimpulkan pada suatu krisis yang jelas yang saya sebut sebagai kehilangan adab ( loss of adab).

Di sini saya merujuk pada hilangnya disiplin-disiplin raga, disiplin fikiran dan disiplin jiwa! disiplin menuntut pengenalan dan pengakuan atas tempat yang tepat bagi seseorang dalam hubungannya dengan diri, masyarakat dan umatnya! pengenalan dan pengakuan atas tempat seseorang yang semestinya dalam hubungannya dengan kemampuan dan kekuatan jasmani, intelektual dan spiritual seseorang itu! pengenalan dan pengakuan atas hakikat bahwa ilmu dan wujud itu tersusun secara hirarki.

Oleh karena adab merujuk pada pengenalan dan pengakuan atas tempat, kedudukan dan keadaan yang tepat dan benar dalam kehidupan, dan untuk disiplin pribadi agar ikut serta secara positif dan rela memainkan peranan seseorang sesuai dengan pengenalan dan pengakuan itu, terjadinya adab pada diri seseorang dan pada masyarakat sebagai suatu keseluruhan yang mencerminkan kondisi keadilan. Hilangnya adab menyiratkan hilangnya keadilan, yang pada gilirannya menampakkan kebingungan atau kekeliruan dalam ilmu.

Dalam hubungannya dengan masyarakat dan umat, kebingungan dalam ilmu tentang Islam dan pandangan alam (worldview) Islam menciptakan keadaan yang memungkinkan pemimpin-pemimpin palsu muncul dan berkembang serta menimbulkan ketidakadilan. Mereka melestarikan keadaan ini karena hal itu menjamin keberlanjutan munculnya pemimpin seperti mereka untuk menggantikan mereka setelah mereka pergi, dan mengekalkan pengaruh mereka atas urusan umat. (Islam dan Sekulerisme, 2010: 131-132).

Tampilkan Semua
Cilacap Info
IKUTI BERITA LAINNYA DIGOOGLE NEWS

Berita Terkait